Kamis, 03 November 2011

Sebuah cerita sebuah kisah jejujuranku

Ya.... memang ketika cinta itu sudah bicara, tak akan ada yang mampu utnuk menghindar darinya.. yang ada hanya semuaya terasa indah. Bahkan bunga yang tengah mereka pun tak terlihat lagi keindahnnya. Seakan semuanya hanya milik berdua, dan yang lain hany singgah... Tapi cinta itu harus menjadi sebuah dilema ketika dinding prinsip harus saling beradu. Rasa hati tak ingin jauh dan berpisah tapi, di satu sisi prinsip itu seakan tak mampu untuk disatukan. Ya..... itukah saai ini yang tengah aku rasakan. Hari ini tepat dua bulan aku dan seorang pemuda yang aku sayangi menjalin hubungan. Tapi apa yang justru terjadi hari ini,,,,, dia saat aku berharap dia ada dipsampingku untuk merayakan kebahagiaan. Dia justu sibuk dengan urusan politiknya. Mungkin hati ini sakit, tapi aku coba mengerti dan mensuport apa yang dia lakukan. Ya, dia pemuda yang baru aku kenal bebarapa bulan yang lalu. Sebut saja dia Satria. Dia sosok yang cukup menyenangkan, dan dia juga sangat perhatian padaku..... Tapi aku takut, suatu saat aku akan kehilangan dia karena dinding prinsip yang terbentang dihadapan kami terbentang cukup luas. Aku, sosok yang beranggapan bahwa politik, bukan sesuatu yang bersih, politik itu kotor. Ya, mungkin itu sudut pandangku, atau mungkin bebrapa orang berfikiran yang sama denganku. Tapi dia, dia menganggap politik itu sesuatu yang meyenagkan. Bahkan sekarang, di saat aku ingin membagi bahagia dengannya, dia malh pergi untuk sebuah kepentingan politik. Mungkun mememang mengenaskan bagiku. Tapi aku coba untuk mengerti. Sehai ini tak sekalipun suara HPku berdering, walau hanya sekedar kata selamat pagi. Aku berfikir mungkin dia memang sibuk. Hari pun berlalu begitu cepat. Hingga terik sang surya semakin membakar kulit ini HPku tak kunjung berdering. Bahkan hingga sang Surya tlah tenggelam, semuanya tetap sama.
Keesokan harinya, kusapa hariku dengan rasa bahagia..... Berharap hai ini tak seperti kemarin.... Tapi kenyataanya berkata lain.... Dia tetap tak menghubungiku. Sakid, marah itu yang kurasakan. Tapi sekali lagi aku coba meneguhkan hati dan berkata semuanya baik-baik saja. Hatiku semakin galau, hingga kuputuskan untuk sholat dhuha... Di akhir sholat, aku hany termenung dan berkata " Ya Allah, apa keptutsan yang kuambil dulu itu salah. Aku mencintainya karena-Mu. Aku mencintainya krena dia mncintaiku kaena-Mu.. Tolong mantapkan hati ini untuk tetepa berada di sampingnya".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar